Wahai Ayah Bunda, Sudahkan Kita Terbiasa Menggunakan 3 Kata Ini pada Anak?
Mengajari anak tentang akhlak akan lebih mudah jika dengan memberikan contoh. Salah satu bentuk akhlak adalah berbicara dengan sopan.
Mengajarkan kata-kata sopan pada anak tidak hanya bertujuan agar ia menghormati orang lain, tetapi juga mendidik anak agar selalu rendah hati.
Ingatlah bahwa setiap perlakuan orangtua terhadap anak bisa menjadi pengajaran sikap yang akan dipelajari anak dan selanjutnya diterapkan dalam sepanjang hidupnya.
Sudahkan Kita Terbiasa Menggunakan Kata “Maaf” pada Anak?
Kita mungkin sudah biasa untuk mengajarkan anak mengucapkan kata maaf kepada orang lain saat anak kita melakukan kelalaian.
Namun sudahkah kita terbiasa mengatakannya secara pribadi pada anak saat kita sendiri melakukan kesalahan pada anak atau saat kita mengecewakannya?
Misalkan sekalipun kita punya alasan kuat saat terlambat menjemput si kecil di sekolah (misalnya karena macet), ucapkan kata maaf pada anak. “Nak, maaf ya. Bunda terlambat menjemput karena macet di jalan”.
Kita bisa saja mengabaikan mengucapkan kata maaf pada anak. Tetapi adakah keinginan kita untuk memeberikan pengajaran penting pada anak di “saat yang tepat” tersebut?
Kata maaf yang diucapkan dengan kerendahan dan ketulusan hati akan menimbulkan simpati.
Kata maaf juga mengandung kesadaran bahwa kita telah melakukan hal yang tidak selayaknya sehingga dalam nurani kita pengakuan ini memotivasi diri agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Hal ini dapat menjadi pelajaran penting dan “berkesan” bagi anak apabila kita sendiri selaku orangtua yang memberikan teladan.
Kebiasaan mengucapkan kata maaf pada anak tidak hanya akan memberikan teladan yang baik kepada anak tetapi juga memberikan kesan bahwa meskipun kita mengendalikan anak, kita bukanlah sosok penguasa yang selalu benar.
Pengajaran penting lainnya dari pembiasaan kita menggunakan kata maaf adalah bahwa anak akan mempelajari bahwa mengucapkan kata “maaf” bukan hal yang tabu atau merendahkan harga diri.
Hal ini akan lekat dalam pikiran anak bahwa ia sebaiknya meminta maaf jika berbuat kelalaian yang dapat merugikan atau mengecewakan orang lain.
Sudahkan KitaTerbiasa Menggunakan Kata “Tolong” pada Anak?
Orangtua cenderung merasa berhak untuk memberi perintah pada anak. Sebagian perintah tersebut memang menjadi kewajiban dan bagian dari tanggungjawab orangtua seperti perintah ibadah, belajar, menjaga kesehatan, dan lain-lain.
Namun ada juga perintah yang sifatnya permintaan seperti mengambilkan sesuatu. Kita bisa saja meminta anak melakukan sesuatu dengan kalimat perintah seperti “Nak, ambilkan kain lap di dapur”.
Tetapi alangkah baiknya jika kita mengajarkan anak untuk meminta dengan sopan dengan mengatakan “Nak, tolong ambilkan kain lap di dapur”.
Kalimat pertama esensinya adalah perintah, sedangkan kalimat kedua esensinya adalah permintaan/permohonan. Sudah sepantasnya suatu permohonan diajukan dengan cara yang lebih sopan.
Jika kita lebih memilih meminta kepada anak dengan kalimat perintah, maka hal ini memungkinkan anak cenderung menyamakan persepsi bahwa permintaan sama dengan perintah, dan itu yang barangkali akan diterapkannya terhadap orang lain.
Hanya dengan menambahkan kata “tolong” kita telah mengajarkan sikap sopan dan rendah hati terhadap orang yang diminta bantuan. Jika kita terbiasa menggunakan kata “tolong” ini pada anak, maka anak juga akan lebih mudah untuk menerapkannya terhadap orang lain.
Mulanya mungkin anak tidak begitu memahami esensi kata ini, tetapi setelah dewasa ia akan menyadari makna sebenarnya dari kata “tolong” dalam menyampaikan suatu permintaan bantuan.
Sudahkan Kita Terbiasa Menggunakan Kata “Terima Kasih” pada Anak?
Kita sebagai orangtua seringkali mengajarkan agar anak mengucapkan terima kasih saat anak kita diberikan sesuatu oleh seseorang misalnya makanan atau hadiah.
Hal ini bisa saja dianggap anak sebagai ungkapan formalitas layaknya sebentuk “balasan” dari sebuah pemberian.
Sebaiknya kita mulai membiasakan diri mengucapkan kata “terima kasih” secara pribadi saat anak memberikan sesuatu kepada kita, membantu kita atau membahagiakan kita.
Jangan sungkan untuk mengucapkan terima kasih pada anak, sekalipun untuk bantuan yang sangat sepele seperti meletakkan sesuatu atau mengambilkan sesuatu.
Adakalanya anak secara tulus memberikan pujian pada orangtua misalnya saat Bunda mengenakan baju baru, “Baju Bunda bagus banget”. Jangan ragu untuk mengucapkan terima kasih pada anak atas pujian yang ia berikan.
Ucapan terima kasih bukan hanya bentuk sikap sopan tetapi juga merupakan bentuk ungkapan penghargaan dan ekspresi kebahagiaan. Orang yang memberi sesuatu (materi atau non-materi) akan merasa pemberiannya bermakna jika diterima dengan gembira.
Dengan seringnya kita menyampaikan ucapan terima kasih kepada anak atas pemberiannya atau atas usahanya membahagiakan kita, maka anak akan belajar untuk mendapatkan kebahagiaan dengan memberikan sesuatu kepada orang lain atau membahagiakan orang lain.
Mulai Sedini Mungkin dan Ucapkan dengan Ikhlas
Jadi, bagi kita para orangtua mulai sekarang belajarlah untuk membiasakan diri mengucapkan kata “maaf”, “tolong”, dan “terima kasih” kepada anak secara ikhlas niscaya mereka juga akan terbiasa mengungkapkannya kepada orang-orang lain dengan ikhlas pula seumur hidup mereka. Akhlak mulia selalui disertai dengan keikhlasan.
Mendidik anak dalam banyak hal juga berarti mendidik diri sendiri. Jika kita sudah mampu berbesar hati pada anak yang nota bene dalam “penguasaan” kita, kita juga akan lebih mudah untuk melembutkan hati pada orang lain.